Kuningan ( Sabara News)Baru memasuki bulan kedua tidak turun hujan, warga di tiga dusun di Desa Dukuh Dalem Kec Japara sudah mulai kesulitan air bersih.(24/05/24)
Rusniati ( 35 th) seorang ibu rumah tangga mengeluhkan , untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari ia bersama warga lainnya harus mengantri bergantian mengambil air di sebuah mata air di lembah pinggiran hutan. Jaraknyapun lumayan jauh, sekitar 500 meteran melewati pematang pesawahan yang gersang.
" Air diambil untuk kebutuhan masak, minum dan persediaan kalau malam hari buang air kecil atau hajat " Jelas Rusniati.
" Kalau sedang musim hujan masih mendingan mas, kami bisa memanpaatkan air hujan dari wadah penampung air hujan. Atau kalau ada rejeki lebih , saya juga suka beli air galon isi ulang, harganya 10 ribu. Tapi itu cuma buat minum dan masak. Sedangkan untuk mandi dan cuci pakaian , warga biasanya langsung ke mata air di dekat hutan itu . Ini sudah terjadi puluhan tahun. " Jelas Rusniati
Kondisi warga yang selalu kesulitan air ini bukan tidak mendapat perhatian dari pemerintah desa setempat.
Kades Desa Dukuh Dalem Nurdin melalui Sekdes Juhari menerangkan " Dulu ada bantuan dari PDAM melalui pipa transmisi distribusi yang melewati pemukiman warga . PDAM membuat kran air untuk warga yang membutuhkan air. Tetapi itupun cuma berlangsung beberapa tahun saja. Sekarang sudah tidak lagi " jelas Juhari di ruang kerjanya.
Dikatakan Juhari, karena dengan sumur gali dan bor biasa tidak memungkinkan, solusinya hanya dengan pengeboran air bawah tanah atau artesis. Ini baru bisa memenuhi kebutuhan air bersih warga di tiga dusun , dengan jumlah KK sekitar 700 an . Cuma biayanya yang mahal. Kalau menggunakan dana desa pasti tidak akan cukup."
Karena terbentur ketiadaan biaya untuk pembangunan sumur artesis , Juharipun berinisiatif membuat proposal bantuan ke Pemerintah Daerah melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang ." Lewat pemetaan geo listrik, ada beberapa titik lokasi aliran air, kedalamannya 130 meteran. Biayanya sarana dan prasarana kalau diestimasi sekitar 500 juta an. Jelas Juhari menutup pembicaraan. ( Obing)